Pernah dengar meme “In This Economy,…”? Meme ini muncul bukan tanpa alasan, tapi karena hiruk-pikuk perekonomian saat ini yang seakan menuntut semua orang untuk mulai belajar hidup minimalis.
Tren hidup minimalis sendiri bukan suatu hal baru, bahkan sudah diterapkan oleh masyarakat jepang sejak ratusan tahun yang lalu.
Apa sih hidup minimalis itu? Hidup minimalis adalah gaya hidup yang berfokus pada kesederhanaan dengan hanya memiliki dan menggunakan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan.
Yuk belajar hidup minimalis ala orang Jepang in this economy lewat beberapa langkah sederhana berikut ini.
Belajar Hidup Minimalis ala Jepang versi Fumio Sasaki
Mengutip dari buku Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang karya Fumio Sasaki, hidup minimalis ala Jepang salah satunya menganut konsep wabi-sabi.
Yakni, filosofi yang mengajarkan kita untuk menerima keindahan dalam ketidaksempurnaan, kesederhanaan, dan kefanaan.
Untuk itu, untuk memulai hidup minimalis ala Fumio Sasaki, Anda tak perlu langsung membuang semua barang. Cukup mulai dari langkah-langkah sederhana berikut ini:
1. Jujur pada Diri Sendiri
Langkah pertama adalah bertanya: “Apakah barang ini benar-benar saya butuhkan?” atau “Apakah saya menyimpannya hanya karena takut kehilangan?” Dengan jujur pada diri sendiri, Anda bisa mulai menyaring barang yang benar-benar punya fungsi atau makna.
2. Kurangi Jumlah Barang Secara Bertahap
Tidak perlu ekstrem. Fumio Sasaki menyarankan untuk mengurangi barang sedikit demi sedikit. Mulai dari sudut ruangan, rak buku, atau laci dapur. Ketika melihat ruangan yang mulai lega, Anda akan merasakan kelegaan yang sama dalam pikiran.
3. Gunakan Prinsip Danshari
Konsep danshari berasal dari tiga kata: dan (menolak), sha (membuang), dan ri (melepaskan). Ini bukan cuma soal fisik, tapi juga emosional. Anda belajar melepaskan keterikatan pada barang, memutus rantai konsumsi berlebihan, dan memberi ruang untuk hal-hal yang benar-benar bermakna.
4. Batasi Pilihan Agar Tidak Lelah Memutuskan
Dalam hal ini Fumio hanya punya beberapa potong pakaian, semua netral, nyaman, dan cocok dipadukan. Tujuannya? Supaya hidup jadi lebih praktis. Makin sedikit pilihan, maka semakin ringan beban pikiran.
5. Temukan Kebahagiaan dari Hal Sederhana
Hidup minimalis bukan tentang hidup kekurangan. Justru, kita diajak untuk lebih peka terhadap momen kecil: sinar matahari pagi, aroma kopi, atau waktu luang tanpa gangguan. Semua itu bisa jadi sumber bahagia, jika kita memberi ruang untuk menikmatinya.
6. Hargai Barang yang Tersisa
Setelah menyisihkan barang-barang yang tak perlu, berikan penghargaan lebih pada yang tersisa. Rawat, jaga, dan gunakan dengan penuh kesadaran. Inilah bentuk rasa syukur dalam hidup minimalis.
7. Jangan Tunggu Sempurna, Mulai Sekarang
Terakhir dan yang paling penting adalah, kesempurnaan bukan tujuan. Dalam buku ini, Fumio menegaskan: tidak ada hidup minimalis yang seragam. Mulailah dari kondisi Anda sekarang, dengan niat untuk hidup lebih ringan dan sadar. Karena langkah kecil hari ini jauh lebih berarti daripada rencana besar yang tak pernah dimulai.
Apa manfaat hidup minimalis jika kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Jawabannya BANYAK.
Efeknya tak hanya terasa di rumah yang jadi lebih rapi, tapi juga dalam pikiran yang terasa lebih tenang. Hidup jadi lebih sederhana, tapi justru terasa lebih utuh.
Anda tak lagi dikejar-kejar barang, waktu, atau ambisi kosong. Yang ada justru ruang, baik secara fisik maupun mental, untuk hal-hal yang benar-benar penting.